Saturday, February 24, 2007

Jadi Orang Kreatif, Why Not?

Coba Deh Jadi Lebih Kreatif

Berpikir Kreatif
Secara sederhana kreativitas dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang baru dan bersifat inspirasional. Kreativitas sangat berguna bagi setiap manusia. Kegunaan kreativitas sejatinya adalah membantu setiap manusia untuk mengatasi perubahan-perubahan dunia tempat kita hidup. Untuk dapat bertahan di lingkungan yang baru, kita harus lebih fleksibel dan adaftif. Kreativitas akan membantu kita berada dalam posisi yang lebih baik dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan.

Kreativitas adalah produk dari proses berpikir kreatif. Dulu banyak orang yang berasumsi bahwa kreativitas hanyalah milik para seniman dan segelintir orang. Namun kenyataan pada hari ini, setiap orang bisa menciptakan hal-hal baru yang mungkin belum pernah terpikirkan oleh siapa pun. Jadi sebenarnya, setiap manusia memiliki potensi kreatif yang tak terhingga asalkan mereka melakukan proses berpikir kreatif. Cara-cara berpikir kreatif banyak dikaji oleh para pakar psikologi terapan. Namun setidaknya, cara berpikir kreatif itu memiliki lima tahap, yaitu:

1.Tahap Persiapan
Pada tahap ini pikiran kita berupaya mendefinisikan masalah, tujuan dan tantangan yang kita hadapi.
2.Tahap Inkubasi
Pada tahap ini pikiran kita sedang mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran.
3.Tahap Iluminasi
Pada tahap ini pikiran kita mulai memunculkan gagasan-gagasan yang ingin segera dikeluarkan.
4.Tahapan Verifikasi
Pada tahap ini pikiran kita memastikan apakah gagasan yang telah bermunculan benar-benar akan memecahkan masalah kita.
5.Tahap Aplikasi
Pada tahap ini kita mencoba untuk menjalankan gagasan-gagasan kita.

Dalam bukunya, Contextual Teaching and Learning, Elaine B. Jonshon, memberikan cara-cara berpikir kreatif. Menurut Jonshon, berpikir kreatif terkait dengan perhatian kita terhadap intuisi, menghidupkan imajinasi, berusaha mengungkap kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tak terduga. Jonshon juga yakin bahwa berpikir kreatif melibatkan aktivitas mental seperti:

1.Mengajukan pertanyaan.
2.Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tak lazim dengan pikiran terbuka.
3.Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda.
4.Menghubungkan berbagai hal dengan bebas.
5.Menerapkan imajinasi pada setiap situasi.
6.Mendengarkan intuisi.

Cara berpikir kreatif lain yang menarik juga disampaikan oleh Edward de Bono. Ia menganalogikan proses berpikir kreatif dengan mengenakan topi-topi berwarna. De Bono memberi warna-warna topi pada setiap tahap proses berpikir kreatif, seperti :

1.Topi Putih
Saat kita memakai topi putih kita berpikir untuk mendefiniskan masalah kita dan fakta-fakta yang ada.
2.Topi Kuning
Lalu kita mengganti topi putih kita dengan topi kuning. Saat memakai topi kuning ini, kita berusaha untuk memunculkan gagasan dan mencari kebaikan-kebaikan dari gagasan-gagasan yang ada.
3.Topi Hitam
Saat berganti topi hitam, kita berusaha untuk mencari kelemahan atau keburukan-keburukan dari gagasan-gagasan kita.
4.Topi Merah
Saat berganti topi merah, kita mulai melibatkan intuisi dalam menilai gagasan-gagasan kita.
5.Topi Biru
Saat berganti topi biru, kita berpikir untuk mensistemasi gagasan-gagasan yang ada.
6.Topi Hijau
Terakhir adalah topi hijau. Saat kita memakainya, kita memastikan gagasan-gagasan kita untuk memecahkan permasalahan yang kita hadapi.

Peningkatan Kreativitas
Alan J. Rowe dalam bukunya Creative Intelligence menyatakan bahwa setiap orang memiliki kecerdasan kreatif, namun pada tipe yang berbeda-beda. Rowe membagi kecerdasan kreatif dalam empat tipe, yaitu

1.Intuitif
Tipe kreativitas intuitif banyak dimiliki oleh para manajer, aktor dan politikus. Orang-orang yang memiliki kreativitas intuitif biasanya berfokus pada hasil dan menggunakan pengalaman masa lalu dalam memunculkan gagasan-gagasan.
2.Inovatif
Tipe kreativitas inovatif banyak dimiliki oleh ilmuwan, insinyur dan penemu. Orang-orang tipe ini biasanya menekankan pada daya cipta, eksperimen dan sistematika.
3.Imajinatif
Tipe kreativitas imajinatif banyak ditemui pada seniman, musikus, dan penulis. Orang-orang tipe ini biasanya banyak mengambil resiko dengan melewati batas-batas kebiasaan dan tradisi. Mereka lebih berpikiran terbuka dan humoris.
4.Inspiratif
Tipe kreativitas inspiratif banyak ditemui pada pendidik, penceramah dan penulis. Orang-orang tipe ini biasanya memiliki sudut pandang yang positif, mampu membaca kebutuhan orang lain dan menggerakan perubahan.

Rowe juga mengatakan bahwa setiap orang-orang dengan tipe kreativitas berlainan akan merespon masalah dengan cara yang berbeda pula. Oleh karena itu, Rowe menganjurkan untuk mengenal potensi kecerdasan kreatif kita terlebih dahulu sebelum kita meningkatkan kecerdasan kreatif kita. Inilah hal pertama yang harus dilakukan dalam upaya peningkatan kreativitas. Kedua, kita harus terus membuka pikiran kita terhadap setiap gagasan-gagasan baru. Penjelajahan pikiran memungkinkan kita untuk mendapatkan banyak gagasan-gagasan baru. Cara terbaik untuk mendapatkan gagasan cemerlang adalah dengan mengumpulkan banyak gagasan.
Ketiga, kita juga harus terbiasa keluar dari kebiasaan dan tradisi agar senantiasa menemukan hal-hal baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Kemapanan dalam cara berpikir dan bersikap kita akan menyebabkan kebekuan kreativitas. Oleh karena itu, kita harus berusaha mendobrak dan keluar zona nyaman kita. Keempat, kita harus senantiasa menambah wawasan. Proses kreatif bergantung pada wawasan pengetahuan dan pengalaman kita. Jika wawasan kita luas, maka kemungkinan gagasan-gagasan kreatif yang muncul akan lebih banyak. Jika tidak, maka akan sebaliknya.
Kelima, sebaiknya kita selalu menggunakan imajinasi. Otak kita senang menemukan pola, yaitu menghubungkan satu hal dengan hal lain yang berbeda untuk menemukan makna. Pada saat inilah diperlukan imajinasi agar segala sesuatu terlihat menarik dan menakjubkan. Keenam, kita juga harus melakukan relaksasi sesering mungkin dan mengisi sumber-sumber inspirasi kita. Kejenuhan akan membuat kebekuan. Oleh karena itu, relaksasi akan membuat kita segar kembali. Perasaan yang tenang, senang dan gembira akan mempermudah munculnya gagasan-gagasan cemerlang kita. Ketujuh, Daniel Goleman dalam The Creative Spirit menganjurkan kita untuk juga menciptakan komunitas kreatif. Sebab manusia saling bergantung satu dengan yang lain. Komunitas juga dapat mendorong kita agar lebih kreatif lagi dalam kehidupan ini.

Peranan Berpikir Kreatif dalam Belajar

Kreativitas juga diperlukan dalam belajar. Berpikir kreatif akan mempermudah kita untuk menyerap dan menyimpan informasi yang didapat melalui proses belajar dengan baik. Hal ini juga mendorong kita untuk memahami masalah dengan cepat dan menemukan gagasan-gagasan yang bersifat solutif dengan cara yang tepat. Banyak metode pembelajaran yang menerapkan berpikir kreatif dalam proses belajar. Namun, disini akan dibahas satu contoh saja, yaitu Quantum Learning. Sengaja dipilih Quantum Learning karena dianggap sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir kreatif sebagaimana disebutkan di atas.
Quantum Learning terdiri atas beberapa kegiatan yang berusaha menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan. Otak kiri menangani masalah-masalah logika, sedangkan otak kanan menangani aspek-aspek emosi. Quantum Learning juga berusaha mengakomodasi setiap gaya belajar si pembelajar yang terdiri dari tiga modalitas utama, yaitu Visual, Auditori dan Kinestetik. Dalam Quantum Learning kegiatan belajar dimulai dengan pertanyaan Apa Manfaatnya Bagiku? (AMBAK). Hal ini dilakukan untuk mengaitkan materi belajar dengan konsep-konsep yang dimiliki si pembelajar. Pada tahap ini si pembelajar akan mencoba mendefinisikan permasalahan-permasalahan untuk kemudian membuatnya tertarik untuk belajar. Dari sinilah awal proses me-makna-i materi belajar oleh si pembelajar dimulai.
Dalam menyimpan informasi Quantum Learning mengajarkan super memory system. Tehnik ini berusaha mengaitkan informasi yang didapat dengan imajinasi si pembelajar. Semakin konyol dan menarik imajinasi yang dibangun, maka akan semakin berkesan. Bila pengalaman belajar sangat berkesan, maka akan mudah untuk disimpan dan ditampilkan kembali.
Quantum Learning juga menganjurkan penggunaan Mind-Mapping untuk mengorganisasi informasi yang diserap. Menurut Tony Buzan, pencipta Mind-Mapping, sistem mencatat dalam Mind-Mapping sama dengan sistem kerja otak kita. Mind-Mapping adalah catatan yang dibuat dalam selembar kertas dalam bentuk cabang-cabang. Tony Buzan juga sangat menganjurkan menggunakan huruf kapital, warna dan gambar dalam Mind-Mapping. Semakin sedikit tulisan dalam Mind-Map dan semakin banyak gambar yang mewakili gagasan-gagasan kita, maka semakin bagus dan berkesan. Mind-Mapping juga mengajarkan agar selalu memperbarui gambar dan simbol yang kita gunakan agar selalu menghasilkan kesan-kesan yang berbeda sehingga menimbulkan makna.
Sebenarnya masih ada beberapa kegiatan yang digunakan pada Quantum Learning, seperti Speed-Reading dan penggunaan musik dalam belajar. Namun, beberapa kegiatan di atas dirasa sudah cukup menggambarkan penggunaan kreativitas dalam Quantum Learning. Hal ini menunjukkan bahwa peranan berpikir kreatif dalam proses belajar dalam mempermudah kita menyerap dan menyimpan informasi.

Daftar Bacaan

Jonshon, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Penerbit Mizan Learning Center.

Rowe, Alan J. 2004. Creative Intelligence: Membangkitkan Potensi Inovasi dalam Diri dan Organisasi Anda. Bandung: Penerbit Kaifa.

Goleman, Daniel, Paul Haufman dan Michael Ray. 2005. The Creative Spirit: Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah, Tempat Kerja, dan Komunitas. Bandung: Penerbit MLC.

DePorter, Bobbi, Mark Readon. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Friday, February 23, 2007

Materi Pelajaran : Kebudayaan Masa Pra-aksara

KEBUDAYAAN MASA PRAAKSARA


Masyarakat Praaksara adalah zaman bumi baru terbentuk sampai adanya masyarakat manusia. Namun, masyarakat manusia itu kebudayaannya belum mengenal tulisan.

A. Periodisasi praaksara berdasarkan Geologi

Arkaekum
Zaman ini terjadi sekitar 2500 juta tahun yang lalu. Belum ada kehidupan pada zaman ini karena kondisi Bumi yang masih belum stabil dan panas.
Paleozoikum
Zaman ini disebut juga zaman Primer dan terjadi sekitar 340 juta tahun yang lalu. Sudah ada kehidupan berupa makhluk bersel satu, beberapa jenis ikan, amphibi dan reptil. Kondisi bumi juga belum stabil dan masih agak panas.
Mesozoikum
Zaman ini sebut juga zaman Sekunder dan terjadi sekitar 140 juta tahun yang lalu. Kehidupan makin berkembang dengan munculnya reptil-reptil besar yang disebut Dinosaurus dan burung-burung yang besar. Tak heran zaman ini diberi julukan Zaman Reptil.
Neozoikum
Zaman ini disebut juga Kainozoikum dan terjadi sekitar 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini terbagi dua masa, yaitu Zaman Tersier yang ditandai dengan munculnya binatang-binatang Mamalia dan Zaman Kuarter yang ditandai dengan munculnya beberapa jenis manusia purba. Zaman Kuarter terbagi lagi menjadi dua, yaitu Zaman Dilluvium (Pleistosin) yang disebut juga Zaman Es dan Zaman Alluvium (Holosin) yang ditandai dengan munculnya manusia.

B. Periodisasi praaksara berdasarkan Alat Kehidupan

Zaman Batu
Pada zaman ini manusia menggunakan batu sebagai alat-alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Zaman Paleolithikum
Zaman ini ditandai dengan penggunaan Kapak Genggam (Chopper) dari batu, alat-alat dari tulang, alat penusuk dari tanduk Rusa, dan mata tombak bergerigi. Di zaman ini manusia purba belum mempunyai tempat tinggal tetap (nomaden) dan masih mengumpulkan makanan dari berburu dan meramu (food gathering).
Zaman Mesolithikum
Zaman ini ditandai dengan penggunaan Kapak Pendek (Bache Courte) dari batu, kapak genggam Sumatera (Sumateralith) atau Pebble, sampah-sampah berupa kulit kerang (kjokkenmoddinger), dan goa tempat tinggal manusia purba (Abris Saus Roche). Di zaman ini manusia purba sudah agak menetap, seperti di goa-goa, dan sudah bercocok-tanam sederhana.
Zaman Neolithikum
Zaman ini ditandai dengan penggunaan Kapak Persegi, Kapak Lonjong dan Kapak Bahu. Di zaman ini kehidupan manusia purba sudah menetap dan mulai membuat sendiri bahan makanan (food producing).
Zaman Megalithikum
Zaman ini ditandai dengan bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu, seperti Kuburan Batu (Cipari), Sakrofagus (Bali), Waruga (Sulawesi), Meja Sesajen (Dolmen), Tugu Pemujaan (Menhir), dan Arca Pemujaan Batu. Di zaman ini kehidupan manusia purba sudah menetap dan memiliki aspek spiritualitas.

Zaman Logam
Pada zaman ini manusia sudah mengenal alat-alat kehidupan dari logam, namun batu masih dipergunakan.
Zaman Tembaga
Zaman ini menggunakan tembaga sebagai bahan pembuat alat-alat kehidupan sehari-hari kehidupan. Namun, ini tidak terjadi di Indonesia. Alat-alat dari Tembaga ini ditemukan di Semenanjung Malaya, Kamboja, Muangthai, dan Vietnam.
Zaman Perunggu
Zaman ini ditandai dengan penggunaan bahan perunggu yang dipergunakan untuk Kapak Corong atau Kapak Sepatu, mata tombak dan genderang dari Perunggu (Nekara), Candrasa, dan perhiasan-perhiasan dari perunggu. Pada masa ini sudah dikenal tehnik a cire perdue.
Zaman Besi
Zaman ini ditandai dengan penggunaan bahan besi yang dipergunakan untuk alat-alat kehidupan sehari-hari. Bijih besi dibentuk dengan cara dilebur dan dicetak dengan tehnik a cire perdue. Selain itu, ada dua tehnik lagi yang dikembangkan, yaitu bival dan bivalve.

C. Manusia Purba dan Para Penemunya

No.
Nama Penemu
Manusia Purba
Situs Penemuan

1.
Von Koenigswald
Meganthropus Paleojavanicus

2.
Eugene Dubois
Pithecanthropus Erectus
Desa Trinil, Jawa Timur
3.
Tjokrohandoyo & Duifjes
Pithecanthropus Mojokertensis
Desa Perning, Mojokerto dan Desa Sangiran, Surakarta
4.
Ter Haar, Oppernoorth, & Von Koenigswald
Homo Soloensis
Desa Ngandong, Blora, Jawa Tengah
5.
Van Reitschotten
Homo Wajakensis
Desa Wajak
6.
Theodore Verhoeven
Homo Florensis
Gua Liang Bua, NTT






D. Asal-Usul Ras Bangsa Indonesia

Menurut H. Kern dan Robert Heine von Geldern bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Tiongkok Selatan. Nenek moyang ini pindah lebih dahulu ke sekitar Vietnam untuk kemudian berpindah lagi menuju kepulauan Nusantara dengan menggunakan Perahu Bercadik. Pindahnya nenek moyang ini karena dua hal, yaitu bencana alam dan serangan dari suku bangsa lainnya. Oleh karena itu, bisa dikatakan nenek moyang bangsa Indonesia memiliki ras Mongolid.

Gelombang pertama nenek moyang ini pindah pada sekitar tahun 1500 SM dan disebut Proto-Melayu. Mereka pindah melalui dua jalur, yaitu jalur darat masuk ke Sumatera dan jalur laut yang masuk ke Sulawesi setelah transit di Filiphina. Gelombang kedua pindah sekitar tahun 500 SM dan disebut Deutro-Melayu. Mereka pindah melalui jalur darat.

E. Harun Yahya dan Penentangan terhadap Teori Evolusi

Harun Yahya adalah nama pena dari Adnan Oktar, seorang peneliti dari Turki. Harun Yahya sangat menentang Teori Evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Harun Yahya menemukan fakta-fakta bahwa klaim para pendukung Teori Darwin ternyata palsu. Sebagai gantinya, Harun Yahya mengemukakan Teori Penciptaan yang berisikan semua makhluk tidak ber-evolusi melainkan diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Materi Pelajaran : Hakikat & Ruang Lingkup Sejarah

HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP SEJARAH

Sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Asy-Syajaroh, yang berarti Pohon.

Sejarah menurut para tokoh:
Aristoteles :
“Sejarah bergelut dengan yang partikular dan dengan apa yang aktual sudah terjadi.”
Francis Bacon :
“Sejarah mempelajari yang berkisar antara waktu dan tempat, dengan menggunakan ingatan sebagai instrumen.”
Vico :
“Sejarah adalah ilmu pertama manusia. Manusia yang menciptakan sejarah.”
Ibnu Khaldun :
” Sejarah adalah pengetahuan tentang proses-proses berbagai realitas dan sebab-musababnya secara mendalam.”
Collingwood :
“Sejarah merupakan ilmu atau suatu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menaruh perhatian terhadap tindakan manusia masa lalu yang diperoleh melalui interpretasi bukti sejarah dan demi self-knowlegde manusia.”
M. Ali :
“Sejarah adalah sejumlah proses perubahan, kejadian, dan peristiwa yang ada di sekitar kita.”

Tiga sudut pandang sejarah:
1.Sejarah sebagai Kisah
2.Sejarah sebagai Ilmu
3.Sejarah sebagai Seni
4.Sejarah sebagai Peristiwa

Tiga fungsi sejarah:
1.Fungsi Edukatif
2.Fungsi Inspiratif
3.Fungsi Rekreatif

Lima tahap penelitian sejarah:
1.Pemilihan Topik
Langkah awal dalam penelitian sejarah adalah menentukan topik bahasan yang akan diteliti. Penentuan topik harus mencakup 5W+1H (What,Where,When,Who,Why, dan How).
2.Heuristik
Heuristik adalah tahap pencarian sumber sejarah baik sumber lisan, tulisan atau benda. Selain itu, dikenal dua macam sumber, yaitu Sumber Primer dan Sumber Sekunder.
3.Verifikasi
Verifikasi adalah tahap mengkritisi sumber yang sudah didapatkan. Ada dua macam kritik, yaitu Kritik Ekstern dan Kritik Intern. Dari proses Verifikasi dihasilkan Fakta Sejarah.
4.Interpretasi
Interpretasi adalah tahap menafsirkan fakta-fakta sejarah yang sudah didapatkan. Penafsiran ini dapat dilakukan melalui Analisis dan Sintetis.
5.Historiografi
Historiografi adalah tahap menuliskan kembali suatu peristiwa sejarah sebagai sebuah bentuk catatan sejarah.

Belajar Sosial Itu Mengasyikkan !

" Kalau menurut saya, belajar sosial itu asyik dan enggak bikin pusing..."
- Husein, Kelas IX, 14 tahun, juara III Olimpiade Sains Nasional Fisika SMP 2005 -

" Belajar sosial itu seperti es. Kita harus menikmatinya sebelum mencair..."
- Fajar Sholihin Putra, Kelas IX, 14 tahun, Pemain Klub SMART-United yang menjadi juara II Islamic Friendship Competition se-Jawa Barat -

" Sebenarnya sih pelajaran sosial bisa menyenangkan dan juga bisa membosankan. Itu disebabkan karena faktor guru dan cara belajarnya. Kalau guru asyik otomatis siswanya juga asyik..."
- Yoki Putra, Kelas X, 16 tahun, SMA SMART Ekselensia Indonesia, Bogor, Jawa Barat.